A.
Pembahasan Masalah Pariwisata Di Kota Blitar.
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong
terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang
bersifat komperhensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya (Misra
R.P, ”Regional Development”,1982). Pada dasarnya pendekatan pengembangan
wilayah ini digunakan untuk lebih mengefisiensikan pembangunan dan konsepsi ini
tersus berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi dan kondisi
wilayahnya.
Banyak
cara untuk mengembangkan wilayah mulai dari penggunaan konsep (alat)
pembangunan sektoral, ”bassic need approach”, ”development poles” (poles de croissance)
yang digagas oleh Perroux (1955),
”growth center” yang digagas oleh Friedman (1969) sampai kepada pengaturan
ruang secara terpadu melalui proses pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) secara
sinergi dengan pengembangan sumberdaya manusia dan lingkungan hidup untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Yang terkahir inilah yang disebut
dengan penataan ruang dan sesuai Undang Undang (UU) No.24/1992 tentang penataan
ruang.
Di
Indonesia, dengan keluarnya undang undang ini maka pengembangan wilayah
dilaksanakan melalui alat penataan ruang. Ruang adalah wadah berbagai kegiatan
sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan, dan mencakup
ruang daratan, lautan, dan udara beserta sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Sedangkan Penataan Ruang (UU No. 24/92, pasal 1) mencakup proses:
1.
Penyusunan
rencana tata ruang,
2.
pemanfaatan
ruang yaitu kegiatan pelaksanaan pembangunan melalui serangkaian penyusunan program pembangunan, dan
3.
pengendalian
pemanfaatan ruang yaitu kegiatan pengawasan dan penertiban pelaksanaan
pembangunan (termasuk didalamnya pemberian ijin lokasi dan investasi) agar
sesuai dengan rencana tata ruang.
Rencana Tata Ruang sendiri adalah produk pengaturan Struktur
dan Pola pemanfatan ruang. Struktur mengatur sistem pusat-pusat kegiatan
beserta jaringan prasarana secara hirarkhis, dan pola pemanfaatan ruang adalah
mengatur wilayah dengan satuan-satuan (deliniasi ruang) yang fungsional sesuai
dengan tujuan rencana dan sesuai dengan kondisi daya dukung dan daya tampung
sumber dayanya.
Kota
Blitar sebagai salah satu kota di Propinsi Jawa Timur, berdasarkan arahan RTRW
Propinsi Jawa Timur salah satu kota yang diprediksikan memiliki perkembangan
yang signifikan. Prediksi ini didasarkan atas penetapan wilayah Kota Blitar
sebagai pusat Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) tersendiri, dimana sebelumnya
termasuk dalam SWP Kediri. Dengan demikian ada beberapa tugas penting yang
diemban Kota Blitar sebagai Pusat SWP, antara lain sebagai wilayah yang mampu
memfasilitasi hinterlandnya (Kabupaten Blitar) agar berkembang secara
signifikan pula.
Kota
Blitar memiliki Sesanti "KRIDDHO HANGUDI JAYA"
(Bekerja
Keras Untuk mencapai kejayaan) dengan Motto "BLITAR KOTA PATRIA"
(Blitar Pembela Tanah Air yang tertip Rapi, Indah dan Aman), juga dikenal pula
sebagai Kota Pahlawan, Kota Pelajar, dan Kota yang Aman Damai. Dalam Upaya
membangun iklim yang kondusif sebagai Kota Patria yang didukung oleh sistem
perdagangan barang dan jasa unggulan, Pemerintah Kota Blitar memiliki sektor
pariwisata sebagai primadona untuk mengembangkan ekonomi daerah.
Potensi
dasar pariwisata Kota Blitar adalah banyaknya peninggalan sejarah yang
berhubungan dengan Bung Karno dan perjuangan tentara PETA. Terdapat juga
berbagai agenda budaya seperi grebeg pancasila. Kawasan wisata makam Bung Karno
yang didukung dengan Perpustakaan Bung Karno, Penataan Kios Souvenir, Pusat
Informasi Pariwisata (PIP), Penyediaan Lokasi Parkir dan Pasar Cinderamata yang
didukung obyek wisata lainnya seperti Dalem Gebang, Makam Aryo Blitar, Monumen PETA,
Water Park Sumber Udel, Herlingga dan Kampung wisata menjadikan Kota Blitar
semakin menarik untuk dikunjungi. Wisata tradisi dan kesenian Kota Blitar
memberikan suatu atraksi budaya yang menarik, seperti tradisi grebeg Pancasila,
Tari Trawesthi, haul B. karno dan drama kolosal seniman Blitar untuk
memperingati PETA. Peluang pengembangan wisata kota yang diintegrasikan dengan
potensi wisata ziarah berupa penambahan diorama yang menggambarkan kisah
perjuangan Sukarno, Supriyadi dan Aryo Blitar. Pengembangan ini dapat
diintegrasikan dengan gedung Perpustakaan Bung Karno yang telah ada.
Permasalahan
yang terjadi pada sektor pariwisata di Kota Blitar yaitu:
·
Penataan
kawasan di sekitar obyek wisata unggulan masih belum optimal dari segi
kerapian, dan kenyamanan wisatawan.
·
Sektor
lain adalah belum adanya transportasi yang memudahkan wisatawan mencapai obyek
wisata sehingga tingkat kunjungan wisatawan belum optimal.
Maka untuk mengatasi permasalahan yang terjadi disektor
pariwisata Kota Blitar perlu adanya dukungan dari pemerintah Kota Blitar serta
peran masyarakat untuk menjadikan Kota Blitar sebagai kota pariwisata yaitu
dengan menata kawasan di sekitar obyek wisata, menyediakan informasi dan sarana
dan prasarana yang lengkap dan keramahan masyarakat Kota Blitar pada pengunjung
(wisatawan).
B.
Karakteristik Wilayah Kota Blitar
Kota Blitar merupakan ibu kota Blitar, Jawa Timur. Secara
geografis wilayah Kota Blitar terletak 112°14' - 112°28' Bujur Timur dan 8°2' -
8°8' Lintang Selatan dengan luas wilayah 32,57 km² yang dibagi dalam tiga
wilayah kecamatan (Sananwetan, Kepanjenkidul, dan Sukorejo) dengan jumlah penduduk
119.372 jiwa (Sensus Penduduk 2002). Adapun batas-batas wilayahnya dapat
digambarkan sebagai berikut:
·
Batas
wilayah utara : Kecamatan Ngelegok, Kab. Blitar
·
Batas
wilayah selatan : Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Sanan Kulon, Kab. Blitar
·
Batas
wilayah Barat : Kecamatan Sanan Kulon, Kab. Blitar
·
Batas
wilayah Timur : Kecamatan Garum dan Kecamatan Kanigoro, Kab. Blitar
Kota Blitar terletak diantara 150 – 200 m diatas permukaan
laut. Dilihat dari ketinggian tersebut Kota Blitar termasuk dalam kategori
daerah datar. Sedangkan pembagian daerah ketinggian adalah sebagai berikut :
·
248
% dari Ketinggian 175 – 200 meter dpl, seluas 605.203 Ha (18.577 % dari luas
wilayah)
·
Ketinggian
150 – 175 meter dpl, seluas 1.055.200 Ha (32.359 % dari luas wilayah)
·
Ketinggian
150 meter dpl luasnya sekitar 692.234 Ha (21.luas wilayah)
Sedangkan kemiringan rata – rata Kota Blitar adalah antara 0
– 2 %, kecuali pada daerah utara kemiringan antara 2 – 15. Kedalaman tanah
diwilayah ini bervariasi mulai dari 30 - 90 cm yang meliputi 71.5 % dari Iuas
wilayah. Urutan selanjutnya dengan kedalaman 60 - 90 cm meliputi 15.5 % dan
terkecil dengan kedalaman 30 - 60 cm meliputi areal 13%.
Tekstur tanah terbesar berupa tekstur halus ( 85.3 % ) yang
berarti bahwa tanah yang ada di wilayah ini mempunyai kemampuan menahan atau
mengikat air cukup besar. Sisanya adalah tekstur sedang yang meliputi 24.7%
dari luas wilayah. Tekstur yang demikian kurang dapat menahan air, namun
dilihat dari segi menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman, relatif lebih
baik daripada tanah yang bertekstur halus.
Kota
Blitar mempunyai tipe iklim agak basah dengan suhu rata - rata 29°C dengan
curah hujan rata-rata pertahun sekitar 102 hari dan besarnya curah hujan
rata-rata sebesar 122.857 mm/tahun.
Sungai
yang mengalir mengelilingi Kota Blitar membentuk pola aliran radial yaitu
Sungai Lahar sepanjang 7,84 km menuju ke selatan menyatu dengan Sungai Brantas
Potensi pariwisata Kota Blitar tidak lepas dari nilai-nilai sejarah yang masih
kental tergurat di kota yang pernah menjadi salah satu tempat berkecamuknya
semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama besar seperti Adipati Aryo
Blitar, Sang Proklamator Bung Karno, Sodancho Supriyadi, dan lain sebagainya,
merupakan inspirasi yang ikut mewarnai dinamika, arah, dan kemajuan kota yang
sedang tumbuh ini.
Dalam
upaya membangun iklim yang kondusif sebagai kota Patria yang didukung oleh
sistem perdagangan barang dan jasa unggulan, pemerintah Kota Blitar memilih
sektor pariwisata sebagai primadona untuk mengembangkan ekonomi daerah.
Beberapa tempat tujuan wisata yang ada di Blitar, dari waktu ke waktu kian dibenahi
dan diperkaya guna meningkatkan potensi wisata di Kota Blitar. Tempat tujuan
wisata di Kota Blitar antara lain:
1.
Makam Proklamator Indonesia
Makam
Proklamator "Bung KARNO" merupakan makam seorang tokoh besar yaitu
Presiden Pertama sekaligus Proklamator kemerdekaan Republik Indonesia. Makam
ini terletak dikelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, sekitar 2 km ke arah
utara pusat Kota Blitar.
Makam
ini didominan oleh arsitektur 'Joglo'. Bergaya Jawa Timuran dan dikombinasi
dengan gerbang candi Bentar. Selain bangunan utama yang berupa cungkup makam
Bung Karno, kompleks makam ini juga dilengkapi dengan bangunan-bangunan
pendukung yaitu; Gapura Agung, Masjid dan Bangsal; yang dapat membuat para
pengunjung betah untuk berziarah dilokasi ini. Ada juga bangunan pelengkap yang
terdiri rumah pengurus makam, tempat peristirahatan umum, halaman parkir, dan
pertamanan. Kesannya sangat megah sebesar Beliau sewaktu masa hidupnya.
Makam
ini telah dikunjungi oleh banyak wisatawan yang ingin berziarah. Pada tanggal
kematian presiden Indonesia yang pertama, banyak sekali peziarah yang datang
untuk memperingatinya. Sekitar 150.000 pengunjung tiap tahun selalu berziarah
disini, baik itu wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri.
Kebes`ran
nama Soekarno telah mengundang banyak turis untuk berziarah ke makam ini.
Mereka merasa kagum dengan kebesaran presiden Soekarno, sehingga mereka berdo’a
di makam ini untuk mendapatkan berkah.
2.
Monumen PETA
Pada tahun 1945, Kota Blitar telah menjadi pusat pemberontakan
tentara PETA melawan tentara Jepang yang di pimpin oleh seorang Soedanco
Soepriyadi.
Untuk
menghormatinya di bangun sebuah Monumen yang terletak di depan bekas markas
PETA tepatnya di Jl. Soedanco Soepriyadi. Monumen ini berbentuk sebuah patung
yang mengangkat tangan kanannya, sebagai symbol bahwa dia tidak pernah menyerah
untuk berjuang. Patung tersebut terlihat memakai seragam tentara Jepang,
lengkap dengan topinya. Monumen ini ditujukan untuk mengenang pahlawan ini agar
dapat menyemangati para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan Indonesia
untuk menjadi Negara yang besar.
3.
Makam Aryo Blitar
Aryo Blitar adalah adipati pertama di Blitar. Beliau
merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh pada pembangunan Blitar. Karena itu
sampai sekarang makamnya banyak dikunjungi orang. Makam Aryo Blitar terletak di
Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar kira-kira 2 km ke arah barat
kota. Makam ini ramai pada saat bulan Suro dan juga setiap malam jum'at Legi.
Banyak orang datang untuk berziarah ke makam tersebut untuk mendapatkan berkah
dari Aryo Blitar.
Hampir
semua pengunjung memang dari daerah sekitar Blitar. Tapi ada juga pengunjung
yang berasal dari daerah lain. Ini karena nama Aryo Blitar telah banyak dikenal
orang. Jika anda menyukai wisata ziarah, jangan lewatkan untuk mengunjungi
makam Aryo Blitar.
4.
Istana Gebang
Istana Gebang merupakan rumah Bung Karno. Rumah ini
merupakan rumah tempat tinggal Orang Tua Proklamator Bung Karno. Bangunan ini
dianggap sebagai bangunan yang bersejarah di Blitar. Istana ini tidak jauh dari
Makam Bung Karno kira kira 2 km ke arah selatan, tepatnya di Jalan Sultan Agung
No. 69 Kota Blitar. Di rumah tersebut tiap tahun diadakan acara Haul yang ramai
dikunjungi orang, begitu juga banyaknya kesenian yang ikut memeriahkan acara
haul tersebut. Keluarga Soekarno juga masih sering berkumpul di istana ini.
5.
Kebon Rojo
Kebon Rojo adalah tempat rekreasi keluarga dan pusat hiburan
yang terletak di kompleks rumah dinas Walikota Blitar yang disediakan untuk
masyarakat umum atau wisatawan secara gratis.
Ditaman
tersebut terdapat berbagai jenis hewan langka, fasilitas bermain anak, tempat
bersantai, panggung apresiasi seniman berlatar belakang tugu peringatan Satu
Abad Bung Karno, air mancur dan berbagai jenis tanaman langka yang berfungsi
sebagai paru-paru kota.
6.
Sumber Udel
Pemandian Sumber Udel telah berstandart Nasional karena
mempunyai 2 jenis kolam renang, yaitu kolam renang untuk anak-anak dan kolam
renang untuk dewasa. Kolam renang Sumber Udel ini juga mempunyai beberapa
fasilitas antara lain:
1.
Tempat bermain anak-anak
2.
Panggung Gembira dengan menampilkan kesenian khas Blitar setiap tahun
3.
Tempat parkir yang representatif
4.
Persewaan dan penitipan alat-alat renang
Kolam renang ini biasanya dikunjungi oleh banyak orang
karena kolam renang ini mempunyai air yang bersih dan segar.
7.
Grebeg Pancasila
Grebeg Pancasila adalah suatu upacara hari lahirnya
Pancasila pada tanggal 1 Juni yang didesain sebagai peristiwa budaya. Upacara
ini berbeda dengan upacara lainnya. Ritus upacara ini berisi 3 (tiga) mata
acara pokok yaitu:
1.
Upacara Budaya
2.
Kirap Gunungan Limo
3.
Kenduri
Upacara
ini selalu diadakan sekali dalam setahun di kabupaten Blitar. Hal ini ditujukan
untuk mengenang proses pembuatan Pancasila yang menjadi landasan hukum
Indonesia. Upacara ini juga diikuti oleh semua masyarakat Blitar dan sering
dihadiri oleh pejabat-pejabat Indonesia.
8.
Karangsari Desa Agro Wisata Buah Belimbing
Desa Karangsari Kecamatan Sukorejo kota Blitar terkenal
dengan belimbingnya, tentu saja belimbing Karangsari bukan belimbing biasa
karena ukurannya yang jumbo dan rasanya yang lebih manis dan terlihat mulus
dengan warna kuning kemerahan mengoda selera. Sambil berwisata ke makam Bung
Karno di kota Blitar jangan lupa menyempatkan diri mengunjungi desa karangsari
untuk mendapatkan oleh-oleh buah belimbing karangsari. Bila anda masuk ke
jalan-jalan desa maka di samping kanan dan kiri jalan akan terlihat pohon belimbing,
karena hampir semua penduduk menanamnya di pekarangan rumah masing-masing.
Berawal
dari coba-coba menanam bibit belimbing dari pemberian salah seorang pendatang,
seorang warga desa Karangsari Blitar mampu mengubah kehidupan masyarakat desa
itu dengan membudidayakan belimbing sebagai komoditi. Hingga akhirnya desa ini
terkenal sebagai penghasil belimbing terbesar di kota itu, sampai sekarang.
Jenis Belimbing yang banyak ditanam adalah
jenis bangkok yang merupakan hasil stekan antara jenis lokal dengan jenis
bangkok ada juga yang dari jenis philipine juga dicoba untuk dibudidayakan.
Sebenarnya kedua jenis tersebut (bangkok dan philipine) buahnya sama-sama
besarnya dan manis. Akan tetapi bangkok merah lebih lebat buahnya dan mempunyai
rasa yang lebih manis selain*perawatan dan pembibitannya sangat mudah. Namun
Hanya saja, kekurangannya terletak pada jumlah dan kualitas buahnya. Philipine
buahnya cenderung tidak lebat alias jarang-jarang.
Kebutuhan
konsumen akan buah belimbing istimewa ini masih saja stabil dan bahkan
mengalami peningkatan. konsumen belimbing Karangsari terbesar adalah Surabaya
disamping juga Semarang dan Jakarta. Di Surabaya, distribusinya tidak hanya di
pasar-pasar tradisional, melainkan ke supermarket atau hypermart yang ada di
kota tersebut. Malah, permintaan terhadap belimbing karangsari ini lebih banyak
ke supermarket ataupun hypermart dibanding pasar tradisional. Dari Surabaya
seringkali langsung disalurkan ke Jakarta untuk memenuhi permintaan konsumen
disana. Karena permintaan pasar yang terus meningkat, akhirnya tak hanya warga
Karangsari yang mengembangkan belimbing bangkok merah (atau sekarang ngetren
dengan belimbing karangsari, tapi desa lain pun mulai mengikuti jejak
kesuksesan desa Karangsari diantaranya wilayah adalah Purworejo, Tlumpu dan
beberapa daerah lain yang berdekatan dengan pusat kota Blitar dan bahkan
sekarang ini daerah lain di Kabupaten Blitar juga sudah mulai membudidayakannya
seperti daerah srengat dll. Bagi anda yang berwisata ke Blitar dan menginginkan
oleh-oleh buah Belimbing bisa datang ke desa Karangsari, bisa memetik buah
belimbing dari pohon milik warga dengan kualitas pilihan yang masih segar.
Patokan harga umumnya bisa berdasarkan per biji atau per kilogram yang mana
bisa dinegosiasikan dengan pemiliknya, yang pasti harganya jauh lebih murah
9.
Kebun Binatang Mini
Kebun binatang mini di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjen
Kidul, Kota Blitar yang tepatnya berada di sebelah barat Makam Bung Karno. Di
bonbin saat ini ada 42 hewan, di antaranya, 17 burung seperti sepasang merak
hijau, kasuari, 11 reptil, seperti 2 buaya, ular sanca, musang air, aquana,
kura- kura kepala merah, 14 mamalia,di antarnya lutung hitam,oa kalimatan dan
Sumatra, kera serta rusa. Kebun binatang mini ini merupakan kebun binatang
terlengkap dikawasan Blitar. Kebun binatang ini rencananya akan dikelola oleh
pemkot Blitar yang sebelumnya dikelola oleh yayasan Al-Hikmah yang akan
dijadikan salah satu tujuan wisata di Kota Blitar.
Dilihat
dari analisis SWOT dapat diketahui yang menjadi kekuatan (strenght), kelemahan
(weaknes), peluang (opportunities) dan ancaman (treast) dari pariwisata di Kota
Blitar adalah sebagai berikut:
1.
Kekuatan (Strenght)
a.
Memiliki potensi wisata religi, sejarah dan hiburan yang besar seperti makam
Bung Karno dan water park sumber udel
yang terus dikembangkan oleh pemkot Blitar.
b.
Memiliki tradisi budaya yang unik seperti grebek pancasila.
c.
Tersedia fasilitas pendukung yang memadai seperti hotel, restoran, dan atm.
d.
Keramah tamahan penduduk atau masyarakat Kota Blitar.
e.
Keamanan dan stabilitas yang cukup baik.
2.
Kelemahan (Weakness)
a.
Kurang memadainya kegiatan promosi dan penyebaran pariwisata Kota Blitar ke
luar daerah.
b.
Angkutan umum untuk menuju objek wisata belum memadai.
c.
Masih belum menjangkau wisatawan asing.
d.
Masih mengandalkan salah satu wisata yang terkenal saja seperti makam Bung
Karno.
e.
Masih kurangnya minat investor untuk membuka usaha di Kota Blitar.
3.
Peluang (Opportunities)
a.
Digelarnya acara kesenian budaya setiap tahunnya seperti grebek pancasila dan
haul Bung Karno.
b.
Pertumbuhan ekonomi karena larisnya cindera mata dari industri-industri kecil
di Kota Blitar.
c.
Dukungan langsung dari pemkot Blitar untuk memejukan pariwisata di Kota Blitar.
4.
Ancaman (Threats)
a.
Semakin majunya wisata di daerah sekitar Kota Blitar seperti Kota Batu, Malang,
Pasuruan dan Kediri.
b.
Sering terjadinya tawuran antar SMK di Kota Blitar yang tak kunjung selesaianya
dendam masa lalu.
1.
Pengelolaan Parkir di Sumber Udel
Pemkot Blitar berencana untuk melakukan pengembangan
fasilitas parkir pada objek wisata Water Park Sumber Udel, pada tahun anggaran
2011 mendatang. Upaya ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan
perparkiran di kawasan wisata tersebut seperti yang selama ini terjadi.
Demikian
diungkapkan Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Pariwisata Daerah (Dinas Kominparda)
Kota Blitar, Drs. Kasmiadi. Dia melanjutkan, upaya ini sekaligus menjadi bagian
dari meminimalisasi sejumlah kekurangan yang didapatkan pada objek wisata Water
Park, yang didasarkan oleh aspirasi masyarakat.
Harus
diakui, masalah perparkiran di kawasan wisata Water Park Sumber Udel memang
menjadi kelemahan utama di dalam pengembangan objek wisata tersebut. Karena
itulah, pada tahun 2011 mendatang, Pemkot Blitar berencana untuk mengembangkan
fasilitas parkir di objek wisata tersebut, jelasnya.
Kepala
Dinas Kominparda Kota Blitar menambahkan, meskipun kawasan wisata Water Park
Sumber Udel dikelola oleh pihak ketiga, namun aset-aset yang berada di dalam
objek wisata tersebut tetaplah menjadi milik Pemkot Blitar. Sehingga, menjadi
sebuah kewajaran pula, jika pengembangan lahan parkir patut menjadi perhatian
pemkot.
Bentuk
pengembangan lahan parkir itu sendiri sebenarnya telah termaktub di dalam
desain besar objek wisata Water Park Sumber Udel sejak awal. Namun, karena
keterbatasan anggaran, hal ini belum dapat terwujudkan, dan diharapkan dapat
menjadi salah satu skala prioritas di dalam program pembangunan daerah pada
tahun 2011 mendatang, terangnya.
Pada
sisi lain, imbuh Kepala Dinas Kominparda Kota Blitar, jika rencana ini dapat
terealisasi, sejumlah juru parkir (jukir) di area ini juga akan dibina, agar
memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung. Terutama dengan sikap tidak
menarik retribusi parkir seenaknya.
Dan,
pada akhirnya, pelayanan parkir pasca-pengembangan lahan perparkiran tersebut,
harus dianggap sebagai bagian dari pelayanan yang baik dari pemkot dan
pengelola Water Park Sumber Udel kepada pengguna layanan. Dari sini, diharapkan
akan memberikan kesan yang baik pula dari para pengunjung objek wisata tersebut
yang berdampak pada peningkatan angka kunjungan wisatawan di Kota Blitar,
pungkasnya.
2.
Sengketa Pedagang Kios Suvenir Dikawasan Makam Bung Karno
Kalangan
Pedagang Yang Tergabung Dalam Paguyuban Kios Pedagang Wisata Makam Bung Karno
Blitar Mengaku Resah Pasalnya Jalan Kios Makam Bung Karno Di Tutup Oleh Pemilik
Lahan Para Pedagang Meminta Pemerintah Kota Blitar Segera Turun Tangan.
Sengketa
Pedagang Kios Suvenir Dikawasan Makam Bung Karno Pintu Keluar Sebelah Utara
Kian Memanas Pasalnya Akses Jalan Keluar Dari Kios Tersebut Ditutup Oleh
Pemilik Lahan Kondisi Ini Mengakibatkan Para Pedagang Resah Karena Dagangan
Mereka Tidak Laku Selama Ini Para Pedagang Suvenir Mengaku Telah Membayar
Retribusi Ke Pemrintah Kota Blitar Sebesar 115 Ribu Rupiah Perbulan Namun Tahu-Tahu
Akses Jalan Menuju Ke Areal Para Pedagang Di Tutup Oleh Pemilik Lahan.
Joko
Selaku Koordinator Para Pedagang Suvenir Makam Bung Karno Blitar Menuturkan
Dengan Penutupan Akses Jalan Tersebut Telah Mengakibatkan Kerugian Bagi Para
Pedagang Pihaknya Minta Ke Pemerintah Kota Blitar Segera Turun Tangan Mengatasi
Masalah Ini. Sementara Itu Lokasi Pasar Di Areal Makam Bung Karno Ini Menurut
Pengakuan Pedagang Sangat Setrategis Untuk Berjualan Karena Pasar Ini Dilalui
Oleh Para Wisatawan Yang Baru Saja Melakukan Ziarah Makam Bung Karno.
Sementara
Itu Di Areal Makam Bung Karno Blitar Ini Terdapat Sekitar 50 Pedagang Suvenir
Yang Setiap Hari Mencari Rejeki Dari Para Wisatawan Yang Baru Saja Melakukan
Ziarah Makam Akibat Akses Jalan Di Tutup Para Pedagang Menjadi Sepi Atau Tidak
Laku.
3.
Pengelolaan Kebun binatang mini
Pemkot
Blitar bertekad untuk menyelamatkan Kebun Binatang Mini di Kelurahan Sentul,
setelah adanya surat peringatan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
(KSDA) Provinsi Jawa Timur pada awal Agustus 2011 kemarin. Surat peringatan itu
sendiri menggolongkan Kebun Binatang Mini ini ilegal.
Demikian
diungkapkan Kepala Kantor Lingkungan Hidup Daerah (KLHD) Kota Blitar, Ir. Made
Sukawardhika, Dip.L. Dia melanjutkan, ihwal terancam ditutupnya Kebun Binatang
Mini dan dianggap ilegal keberadaannya dikarenakan kebun binatang ini tidak
dilengkapi dengan izin operasional.
Termasuk
di dalamnya berkaitan dengan hal pemeliharaan sekitar 32 ekor satwa yang
dilindungi. Selain itu, kebun binatang ini dianggap tidak memenuhi syarat
seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI)
Nomor 07 Tahun 1999 tentang Lembaga Konservasi, jelasnya.
Kepala
KLHD Kota Blitar menambahkan, kebun binatang ini sebenarnya telah
dipermasalahkan sejak bulan Februari 2006 lalu, karena keberadaannya yang tidak
sesuai persyaratan sebagai lembaga konservasi, misalnya luas tanah harusnya
lebih dari 1 ha, sedangkan di kebun binatang mini ini luas lahan hanya sekitar
1.800 meter persegi.
Namun,
karena keberadaan kebun binatang yang dikelola masyarakat ini seolah sudah
menjadi objek wisata pendamping di dalam Kawasan Wisata Makam Bung Karno,
pemkot berupaya untuk mempertahankannya. Termasuk di dalamnya berkaitan dengan
pengambilalihan pengelolaan kebun binatang mini dari masyarakat kepada
pemerintah, terangnya.
Karena
itulah, imbuh Kepala KLHD Kota Blitar, pemkot sudah menyediakan sebidang lahan
milik Pemkot Blitar seluas 9000 meter persegi, di samping lahan yang sudah ada
saat ini. Pada sisi lain, pemkot beserta pengelola kebun binatang mini ini saat
ini tengah melakukan koordinasi dan komunikasi intensif dengan KSDA Provinsi
Jawa Timur.
Batas
akhirnya tanggal 28 Agustus 2011 dan masih ada waktu untuk itu, agar seluruh
hewan yang ada di dalam kebun binatang mini dievakuasi ke tempat lain.
Diharapkan, dengan langkah-langkah ini kebun binatang mini tidak jadi ditutup,
dan bahkan, dapat segera dikembangkan menjadi lebih representatif, pungkasnya.
4.
Istana gebang dijadikan cagar budaya
Jalan
keluar dari polemik pelepasan aset keluarga Bung Karno di Kota Blitar adalah
dengan menjadikanya sebagai cagar budaya. Dengan status cagar budaya, rumah
masa kecil Bung Karno yang masyhur dengan nama Istana Gebang itu, tidak bisa
diperjualbelikan.
Menurut
Wakil Ketua DPRD Kota Blitar Syaiful Maarif, ahli waris dan pemerintah akan
memiliki porsi yang sama dalam melakukan pengelolaan rumah di Jalan Sultan
Agung, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan,Kota Blitar itu. "Tidak
akan ada permasalahan kepemilikan lagi. Yang ada hanya bagaimana memanfaatkanya
untuk masyarakat," ujar Syaiful, Jumat (1/3/2011).
Apa
yang disampaikan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menjadi jalan
keluar (solusi) dari permasalahan Istana Gebang yang tidak kunjung selesai.
Sejumlah ahli waris 'istana' peninggalan mendiang Ny Soekarmini Wardojo (kakak
kandung Bung Karno) sepakat melepas hak warisnya. Mereka telah bermufakat
menjual 8 bangunan dengan luas tanah 1,4 hektar tersebut kepada Pemerintah Kota
Blitar. Harga jual Rp35 miliar yang akan ditanggung Pemkot Blitar Rp10 miliar
dan Pemprov Jatim Rp25 miliar telah disepakati.
Pemerintah
berencana akan mengubah Istana Gebang menjadi museum Bung Karno. Namun diluar
rencana, saat pembayaran awal Rp20 miliar hendak dilaksanakan, salah seorang
ahli waris yang bernama Aryo Suko Kusumo, 63 menolak memberikan tanda tangan
persetujuan.
Aryo
menegaskan Istana Gebang hanya boleh dikelola bersama (ahli waris dengan
negara). Kalaupun diubah menjadi museum, dia meminta agar nama neneknya (Ny
Soekarmini Wardojo) ikut dicantumkan sebagai nama museum. Sikap Aryo membuat
kelabakan ahli waris lainnya. Selain melarang menjamah Istana Gebang, Aryo
diancam dipolisikan dengan tuduhan penipuan karena sebelumnya sempat menyatakan
setuju Istana Gebang dijual.
Secara
pribadi, Syaiful menyatakan sepakat dengan sikap Aryo Suko Kusumo. Sebab
pengelolaan Istana Gebang lebih baik, tidak harus dengan pembayaran (penjualan).
Sebab eksistensi hak keluarga (ahli waris) dan negara yang sama-sama saling
menghormati lebih penting daripada sekedar pelepasan kepemilikan. Semua itu
tentunya akan berjalan ketika Istana Gebang menjadi sebuah cagar alam yang
diatur khusus dengan peraturan daerah (perda).
"Yang
perlu ditekankan disini adalah tujuan pemanfaatan aset, bukan lagi soal siapa
yang memiliki. Karenanya museum itu memang tidak harus bernama Bung Karno,
tetapi juga Soekarmini-Soekarno," terang Syaiful.
Dan
mengingat cagar budaya selalu beriorientasi nasional, lanjut Syaiful,
pemerintah pusat dan semua yang terkait harus ikut cawe-cawe (mengurusi). Dalam
kesempatan itu Syaiful juga menyesalkan sikap keluarga Bung Karno yang seolah
menutup mata dengan polemik Istana gebang. Padahal, meski tidak memiliki hak
kepemilikan, semasa hidupnya Bung Karno menjadikan Istana Gebang sebagai rumah
masa kecilnya. Bahkan ada satu ruangan di Istana Gebang yang menjadi kamar
khusus Bung Karno. Selain menyimpan pusaka, foto, lukisan, serta aksesoris
sejarah lainya ndalem Gebang juga menjadi tempat pertemuan Bung Karno dengan
orang tua dan sanak kerabatnya. "Kalau keluarga Bung Karno ikut berbicara
tentu persoalanya akan menjadi lain. Karenanya kami mengharapkan itu,"
terangnya.
Secara
kelembagaan (DPRD), Syaiful akan menyampaikan solusi itu kepada eksekutif.
Kepada ahli waris yang menolak, ia juga meminta eksekutif untuk melakukan
pendekatan persuasif. "Selama ini saya melihat eksekutif lebih
mengutamakan kerangka jual beli. Konsep ini yang harus diubah,"
pungkasnya.
5.
Retribusi Wisata Kota Blitar
Pemkot
Blitar berencana akan melakukan pengkajian ulang terhadap retribusi wisata Kota
Blitar secara menyeluruh. Kaji ulang ini sekaligus ditujukan guna mengukur
sejauh mana kontribusi bidang pariwisata di dalam mengoptimalisasi aset dan
potensi yang ada di dalamnya.
Demikian
diungkapkan Drs. Kasmiadi, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Pariwisata
Daerah (Dinas Kominparda) Kota Blitar. Dia melanjutkan, upaya pengkajian ulang
secara menyeluruh ini akan dilaksanakan Pemkot Blitar pada tahun 2010, dan
diharapkan hasilnya dapat diterapkan mulai tahun 2011 mendatang.
Rencana
kaji ulang secara menyeluruh ini akan melibatkan sejumlah komponen masyarakat
Kota Blitar yang sekaligus menjadi pemangku kepentingan. Sehingga, diharapkan
akan didapatkan hasil yang objektif mengenai pengelolaan retribusi bidang
pariwisata di Kota Blitar, yang dapat memberikan kontribusi nyata kepada
pendapatan asli daerah (PAD), terangnya.
Kepala
Dinas Kominparda Kota Blitar menambahkan, penarikan retribusi masuk Kawasan
Wisata Makam Bung Karno (MBK), misalnya, sebagai salah satu objek yang perlu
ditinjau ulang, karena pemungutannya tidak mudah dan membutuhkan SDM yang
banyak. Termasuk mengkaji antara pendapatan yang masuk, dengan pengeluarannya.
Jika
retribusi di kawasan wisata itu tetap diterapkan, umpamanya, maka pelayanannya
juga harus ditingkatkan sesuai dengan rekomendasi kajian yang akan dilakukan.
Pada sisi lain, juga perlu dikaji cara penarikan retribusi masuk Kawasan Wisata
MBK, agar tidak ada kesan bahwa terjadi komersialisasi potensi wisata tersebut,
jelasnya.
Hal
ini, imbuh Kepala Dinas Kominparda Kota Blitar, juga berlaku terhadap seluruh
objek wisata yang menjadi objek kajian retribusi wisata Kota Blitar. Sehingga,
nantinya, akan didapatkan metode dan formulasi yang tepat berkaitan dengan
masalah retribusi wisata di Kota Blitar.
Termasuk
di dalamnya jika perlu berkaitan dengan ketegasan kewenangan pengelolaan
retribusi dan pengelolaan kawasan wisata itu sendiri. Sehingga, nantinya tidak
lagi terjadi tumpang tindah pengelolaan kawasan wisata, dalam konteks luas; dan
pengelolaan retribusi, dalam skala kecil, pungkasnya.
A. KESIMPULAN
Kota Blitar selayaknya mencoba menjadikan sektor pariwisata
sebagai sektor utama penggerak ekonomi rakyat. Pasalnya, dengan potensi yang
sangat besar dan tersebar di Kota Blitar, sektor ini akan mampu mengangkat
perekonomian masyarakat Kota Blitar. Potensi pariwisata Kota Blitar tidak lepas
dari nilai-nilai sejarah yang masih kental tergurat di kota yang pernah menjadi
salah satu tempat berkecamukmya semangat kepahlawanan pejuang bangsa. Nama-nama
besar seperti Adipati Aryo Blitar, Sang Proklamator Bung Karno, Sodancho
Supriyadi, dan lain sebagainya, merupakan inspirasi yang ikut mewarnai
dinamika, arah, dan kemajuan kota yang sedang tumbuh ini. Selain wisata sejarah
dan religinya Kota Blitar juga mengembang sektor wisata di bidang hiburan
seperti kolam renang sumber udel dan agrowisata blimbing di Kelurahan
Karangsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.
Kemajuan
pariwisata di Kota Blitar tak lepas dari permasalahan-permasalahan yang membawa
kesisi negatif dan positif baik dari pemerintah kota maupun masyarakatnya.
Permasalahan yang terjadi harus diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya agar
terciptanya Kota Blitar sebagi tempat wisata yang tertip, rapi, indah dan aman.
B.
SARAN
Potensi pariwisata di Kota Blitar tidak kalah bersaing
dengan kota-kota lain dikarenakan ikon Kota Blitar sebagai Bumi Bung Karno.
Wisata yang perlu di kembangkan agar menjadi salah satu tujuan wisata ke Kota
Blitar yaitu kebun binatang mini yang masih kurang diperhatikan oleh pemerintah
kota serta investor. Dengan majunya sektor pariwisata di Kota Blitar akan
menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarat di Kota Blitar yang mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat Kota Blitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar